Wednesday, November 18, 2009

Internet Lewat Jaringan Listrik, kayalan atau kenyataan?

Memanfaatkan jaringan listrik untuk mendistribusikan Internet merupakan suatu tesis yang sangat menarik. Sangat menarik karena jaringan listrik sudah tergelar dimana-mana, tinggal memanfaatkannya saja. Banyak yang berkata itu ide yang sangat bagus, tetapi apakah itu bisa berfungsi? Tentu saja sistem ini berfungsi dengan baik dan telah menjadi solusi dibanyak tempat di Indonesia mau pun di luar negeri. Dokumen-dokumen dibawah ini memberikan informsi mengenai instalasi-instalasi yang sudah memanfaatkan jaringan listrik sebagai sarana distribusi Internet.

Apartement Wisma Gading Permai
Warnet I-Net Kopo Bandung

Sistem yang memanfaatkan jaringan listrik sebagai sarana distribusi data dikenal dengan nama Broadband over Powerline (BPL). Kadang-kadang sistem ini juga dikenal dengan nama Powerline Communucarion (PLC). Awal tumbuhnya sistem ini sudah cukup lama yaitu sejak digunakannya sistem ini pada tahun 70an untuk menyaluskan sinya SCADA untuk pengendalian instrumen kelistrikan dengan kecepatan beberapa kbps. Saat sistem ini sudah mampu untuk menyalusrkan data dengan kecepatan sampai dengan 200 Mbps, sehingga bisa digunakan untuk berbagai macam aplikasi seperti Internet, Voice, dan Video.

BPL dapat diimplemetasikan untuk jaringan listrik tegangan menengah, di Indonesia biasanya untuk jaringan ditribusi TM (20 kV), dan untuk distribusi jaringan tengangan rendah (TR) 220/380 V. TR adalah jaringan distribusi yang biasa kita pakai di rumah atau kantor. Gambaran distribusi data melalui jaringan listrik TM dan TR ditampikan pada gambar berikut ini.



Dari gambar diatas terlihat bahwa kita dapat mendistribusikan layanan Internet melaui jaringan listrik ke hunian-maupun perkantoran. Karena bandwidth yang bisa dilewatkan jaringan ini cukup besar yaitu sampai dengan 200 Mbps, maka aplikasi-aplikasi sepeti Voice dan Video dapat didistribusikan melalui fasilitas ini. Informsi-informasi mengenai BPL lebih lanjut dapat ditemui dari link dibawah ini.

Asteljarindo
Corinex
GSCOM

Jaringan listrik yang sudah tersebar dapat dimanfaatkan untuk mendistribukan data secara broadband dengan kecepatan 200 Mbps. Hadirnya teknologi ini dapat menjadikannya pilihan untuk digunakan dalam upaya peningkatan penetrasi broadband di Indonesia. Penetrasi Broadband saat masih sangat kecil yaitu kurang dari 1% pengguna Internet Indonesia. BPL juga sudah terbukti secara praktis dapat diimplementasikan dengan baik di Indonesia, jadi tunggu apa lagi?

Tuesday, November 17, 2009

Layanan Bandwidth yang sebenarnya?

Layanan koneksi Internet selalu diidentikkan dengan bandwith. Penyedia layanan Internet selalu menggembar-gemborkan layanan Internet murah dengan kecepatan tinggi. Benarkah ini? Mengingat harga sambungan Internet internasional sebenarnya tidak turun terlalu banyak dalam 5 tahun terakhir. Bahkan harga sewa backbone per Mbps dari Jakarta ke Singapura labih mahal dari pada sewa bandwidth Singapura ke Los Angeles. Hal ini muncul dalam harian Bisnis Indonesia, terbitan 17 Nopember 2009. Selengkapnya dapat dilihat dalam dokumen terlampir.

Sunday, November 15, 2009

Broadband Backbone

Penetrasi backbone di Indonesia hanya 0.05% dari total pengguna Internet, seperti diberitakan Bisnis Indonesia (13/11/2009). Hal menunjukkan bahwa kebutuhan akan penyediaan jaringan broadband sangat besar. Untuk menyedia jaringan broadband kita tidak bisa hanya terpaku kepada jaringan yang itu-itu saja misalnya wimax atau fiber optik. Hal ini dikarenakan kondisi lanscape Indonesia yang sangat luas dan beragam.

Kita juga sebaik-nya mengupayakan untuk memanfaatkan jaringan yang sudah ada misal-nya jaringan listrik atau jaringan kable tv, yang dikenal sebagai jaringan Broadband over Powerline (BPL). Pemanfaatan jaringan ini dimasudkan untuk mengisi ruang-ruang kosong yang tidak bisa dijangkau oleh wireless atau FO. Dalam cara pandang saling melengkapi inilah jaringan BPL ditempatkan.

Imvestasi untuk implemtasi jaringan BPL cukup ekonomis bila dibandingkan dengan implementasi jarngan akess lainya misal-nya DOCISS 3.0 atau jaringan FFTX. Gambar berikut ini memberikan ilustrasi perbandingannya.



Dari ilustrasi diatas terlihat bahwa teknologi BPL mempunyai peluang untuk dimanfaatkan dalam pengembangan jaringan akses broadband di Indonesia. Untuk melihat peluang pengembangan BPL di Indonesia dapat dilihat di www.asteljarindo.com.

Jaringan Alternatif

Mengembangkan jaringan baik untuk perseorangan dan perusahaan saat sudah menjadi hal yang sangat biasa. Dengan berkembangya internet kebutuhan untuk ketersambungan (konektifitas) sudah menjadi suatu keharusan.

Alternatif yang dapat digunakan untuk membangun jaringan broadband adalah dengan memanfaatkan jaringan yang sudah ada, misal-nya jaringan listrik atau jaringan kabel-tv yang bisa terdapat dalam gedung. White-paper dibawah ini bisa menjadi acuan pengembangan jaringan tersebut.